Jumat, 14 September 2012

Adas dan Khasiatnya


Adas atau adas pedas (Foeniculum vulgare Miller, suku adas-adasan atau Apiaceae) telah lama dikenal sebagai salah satu komponen pengobatan tradisional. Minyak adas yang dikandung bijinya menjadi salah satu komponen minyak telon. Adas berasal dari daerah Laut Tengah timur (Italia ke timur hingga Suriah). Tumbuhannya berbentuk herba yang berbau harum, berwarna hijau terang, tegak, dan dapat mencapai dua meter tingginya.  Daun tumbuh sehingga 40 sentimeter panjang, berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam bentuk rambut, kira-kira selebar 0,5mm. Bunga yang dihasilkan di ujung tangkai adalah bunga majemuk yang berdiameter 5 hingga 15cm. Setiap bagian umbel mempunyai 20-50 kuntum bunga kuning yang amat kecil pada pedikel-pedikel yang pendek. Buahnya adalah biji kering dari 4 hingga 9 milimeter panjang, dengan lebar separuh panjangnya, dan mempunyai alur. Bijinya yang dikeringkan dikenali sebagai biji adas.



Di Indonesia dikenal dua jenis adas yang termasuk ke dalam famili Umbelliferae, yaitu adas (F. vulgare Mill.) dan adas sowa (Anetum graveolens Linn.) Kedua jenis ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia, ter-utama adas (F. vulgare Mill.) Sedangkan A. graveolens Linn lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah dan daunnya dimakan sebagai lalap.selain sebagai bumbu masak, tanaman adas mempunyai banyak kegunaan mulai dari akar, daun, batang dan bijinya. Daun adas digunakan sebagai di-uretik (pelancar air seni) dan me-macu pengeluaran keringat. Akar-nya berkhasiat sebagai obat batuk, pencuci perut dan sakit perut se-habis melahirkan. Tanaman muda digunakan juga sebagai obat gang-guan saluran pernapasan dan dari ekstrak buah adas dapat digunakan untuk mengobati mulas.
Mengingat kegunaannya sebagai tanaman obat, maka tanaman adas merupakan salah satu tanaman yang mempunyai peranan penting dalam industri obat tradisional di Indone-sia. Hal ini dapat dilihat dari laju permintaan dalam negeri terhadap simplisia adas yang terus mening-kat. Pada tahun 1984 pemakai- an adas sebesar 10.498 ton/tahun, pada tahun 1993 meningkat menjadi 321.520 ton/tahun. Laju permintaan yang tinggi ini tidak diimbangi dengan budidaya secara intensif se-hingga negara Indonesia mengimpor adas pada tahun 2000 sebesar 3.000 ton dari negara India, Mesir dan Iran, karena produksi lokal hanya berkisar 300 ton/tahun.

Kandungan Kimia
Kandungan atsiri adas bervariasi antara 0,6 - 6%. Buah yang terletak di tengah-tengah payung umumnya mengandung minyak atsiri yang lebih tinggi dan baunya lebih tajam dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian lain. Iklim dan waktu panen sangat menentukan kandungan minyak atsiri.

Tabel Kadar minyak atsiri, anethol, fenchone dan estragol
Jenis/tempat asalKadar minyak(g/100 ml)Anethol (%)Fenchone (%)Estragol (%)
Adas (F. vulgare) Cipanas, Jawa Barat3,8343,333,315,3
Adas (F. vulgare) Lembang , Jawa Barat3,2328,328,916,9
Adas jamu (F. vulgare) Jawa Tengah4,3944,516,922,7
Adas (F. dulce) dari pedagang2,2373,02,00,96
Anis (Star anis) dari pedagang13,9782,8-0,96
Sumber: Risfaheri dan Makmun (1999)

Minyak atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandung anethol (50 - 80%), limonene (5%), fenchone (5%), estragol (methyl-chavicol), safrol, alpha-pinene (0,5%), camphene, beta-pinene, beta-myrcene dan p-cymen. Sebalik-nya varietas vulgare tidak dibudi-dayakan, kadang-kadang mengandung lebih banyak minyak atsiri, tetapi karena dicirikan oleh fen-chone yang pahit (12 - 22%) sehing-ga harganya lebih murah dari varietas dulce.
Kegunaan sebagai bumbu dapur
Biji dan minyak yang sudah di-destilasi dapat digunakan sebagai flavor (aroma) dalam industri makanan seperti bumbu daging, sayur-an, ikan, saus, sop, salad dan lain-lain. Biji yang sudah dihancurkan dapat juga digunakan sebagai bumbu salad (mayonnaise, kue yang manis). Tepung adas digunakan juga untuk bumbu kari, daun yang muda dapat dimakan sebagai sayuran segar (lalap).

Kegunaan untuk obat dan industri lainnya
Sebagai tanaman obat adas dapat digunakan sebagai antispasmodik, karminatif, diuretik (pelancar air seni), ekspektoran (pengencer da-hak), laxative, stimulant (perang-sang), dan obat sakit perut. Dari sedikit akar yang direbus sebagai sayuran bisa digunakan untuk obat batuk (pelancar dahak). Adas juga digunakan sebagai obat untuk merangsang air susu ibu (pelancar ASI), sebagai obat kolik dan digunakan untuk memperbaiki rasa obat lainnya. Minyak esensial dan oleoresin adas dapat digunakan untuk aroma sabun, kream, parfum dan minuman beralkohol. Obat-obatan herbal Cina juga menggunakan adas sebagai obat gra-stroenteritis, hernia, gangguan pen-cernaan, gangguan abdomen, meng-hancurkan lendir dan merangsang produksi susu. Minyak esensial adas dilaporkan bisa menstimulasi per-baikan liver pada tikus putih dan juga sebagai antibakteri.
Untuk kesehatan wanita selain meningkatkan produksi ASI, adas juga dapat memperlancar haid, dan meningkatkan hormon estrogen se-hingga adas juga dapat memper-lambat menopause. Adas juga dapat digunakan sebagai terapi tradisional kanker prostat, dengan dosis 1 - 2 sendok teh adas yang telah dihancurkan kemudian direndam dalam secangkir air panas selama 10 menit, dan di-minum sebanyak 3 cangkir tiap hari.

Adas sebaiknya jangan diberikan pada penderita alergi terhadap wor-tel, selederi, penderita epilepsi dan anak di bawah umur. Adas aman digunakan sebagai obat dalam jang-ka waktu yang tidak lama. Pemakai-an jangka lama dalam jumlah yang banyak akan memberikan efek samping di antaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, di mana kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Sehingga selama pemakaian adas sebaiknya memakai proteksi (sunblock) apabila keluar ruangan.

(sumber Balittro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar